Usia satu tahun dua bulan, Rasyad masih belum bisa berjalan. Oh ya, dia senang sekali menarik tangan kita untuk menggiring dia berkeliling ke mana dia suka, tapi begitu kita mencuri kesempatan untuk membiarkan dia berdiri sejenak tanpa berpegangan dia protes, cemas mencari-cari pegangan. Kelihatannya dia bukannya belum bisa berdiri sendiri, hanya belum punya keyakinan diri bahwa dia bisa. Coba saja kalau dia sedang asyik memegang suatu barnag dengan kedua tangannya, dia lupa bahwa dia sedang berdiri tanpa penopang, itu bisa berlangsung sampai hitungan puluhan detik. Tapi begitu kesadaran akan posisi itu tiba, dia segera mencari sandaran. Huwa ha ha... Saya menyebut itu sebuah gejala perfeksionis, tidak berani mencoba, takut gagal. Huh, saya ini penuh prasangka ya. Haha ha lagi.
Berbeda dengan Hanifa yang cepat sekali belajar berjalan. Umur sepuluh bulan sudah berani berdiri tanpa pegangan, umur satu tahun sudah berjalan bebas, berlarian di rumput, bisa kejar-kejaran bola di taman. Siapa bilang anak laki punya perkembangan motorik yang lebih cepat. Tidak terbukti untuk kasus kedua anak ini. Tapi siapa yang butuh manual untuk mengamati perkembangan anak. Mereka punya jalur perkembangan sendiri, berbeda setiap individu.
Rasyad sepertinya sudah mulai menyimpan beberapa patah kata di dalam otaknya. Dia sudah mengenal beberapa kata benda: sepatu, kunci, lampu, sepeda, motor, helm, pintu, kamar mandi, pesawat, komputer, printer, ayah, ibu, kakak. Nama-nama binatang: kucing (favoritnya), kupu-kupu, cecak, belalang, lebah, semut, burung. Kata kerja: pergi, minum, makan, jalan. Dia juga mulai mencoba mengucapkan beberapa patah kata, walaupun bunyinya masih harus kita tebak-tebak dan sebagian besar menghilangkan konsonan: apa, halo, ibu, kakak. Dia akan menyahut kalau dipancing untuk meniru atau menyambung perkataan: Alif, disambutnya dengan bunyi "ba" atau "ta/da". Shalat disambutnya dengan bunyi yang dia rasa mirip dengan "Allahuakbar" dengan bentuk mulut menjadi sangat lonjong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar