Kemarin perawat mulai bertanya apakah saya sudah mempersiapkan barang-barang yang diperlukan untuk masuk rumah sakit. Saya jawab belum, kore kara. Saya tidak ingat pada minggu keberapa kami mempersiapkan barang-barang itu pada saat akan melahirkan Hanifa dulu. Sebagian rumah sakit sudah menganjurkannya sejak kehamilan memasuki minggu ketiga puluh. Saya ingin segera mengemas koper dan mengisinya dengan persiapan menginap di rumah sakit, tapi pada minggu ketiga puluh empat ini pun masih terasa seperti terlalu awal. Tapi kalau diingat bahwa sejak minggu ini saya akan ke rumah sakit setiap pekan, mungkin memang sudah tidak banyak waktu lagi untuk membuat persiapan. Sudah semakin dekat.

Kandungan ini mulai terasa lebih berat. Saya kesulitan tidur, mendapatkan posisi yang nyaman atau mengubah posisi berbaring terasa berat dan nyeri. Kondisinya terus mengingatkan saya pada kelahiran yang makin menjelang. Saya tidak terlalu tegang soal proses melahirkan, hanya khawatir tentang Hanifa yang tidak boleh ikut masuk ke ruang bersalin. Bagaimana saya bisa melalui proses itu dengan tenang sambil mengetahui bahwa di luar sana Hanifa sedang menangis mengamuk ingin ikut masuk. Kami belum mendapatkan jalan pemecahan yang baik untuk soal ini. Saya menawarkan pada suami supaya saya tidak perlu ditemani dalam proses itu, biar suami saya bisa menunggui di luar bersama Hanifa, tapi dia tidak setuju. Siapa orang yang bisa diajak ke rumah sakit dan menunggui Hanifa di luar ruang bersalin?

Tidak ada komentar: