Setiap kali melihat hasil USG saya selalu kesulitan untuk menghubungkan gambar yang saya lihat dengan apa yang ada dalam kandungan saya. Saya bahkan hampir tidak percaya bahwa keduanya ada hubungan. Sering saya hanya terbengong-bengong saja melihat gambar hitam-putih itu tanpa tahu apa yang sebenarnya sedang saya lihat. Mungkin hanya mata yang sudah ahli yang bisa langsung menangkap apa yang tertayang di layar monitor itu.
Dokter yang memeriksa saya, barangkali karena sudah begitu berpangalaman, mengingat usianya, dengan cepat menggerakkan panel USG, mengubah posisi sorotan, mencermati gambar dan mengambil sebuah kesimpulan tentang keadaan bayi. Saya hanya diberi tahu ini bagian jantung, yang kelihatan berdenyut, ini kepala, atau tulang paru-paru, tangan dan kaki yang tampak dengan jelas. Tapi sering kali kilasan gambar itu hanya berlalu tanpa saya diberi penjelasan apa-apa mengenainya. Pada sorotan sangat dekat, gambar di layar itu seperti tidak berkoresponsensi sama sekali dengan bagian tubuh mana pun. Dokter itu tidak banyak bicara. Barangkali dia hanya akan mengatakan sesuatu kalau menemukan ketidaknormalan. Tentunya dia merasa semua informasi yang dia dapat biasa-biasa saja. Setiap hari dia menemukan keadaan yang relatif sama. Tidak ada kabar baru. Tapi tidak demikian buat ibu hamil, yang dalam kepalanya setiap saat muncul kecemasan dibarengi pertanyaan apakah bayinya baik-baik saja di dalam sana.
Pada minggu ke-34 ini, saya hanya mendapat satu informasi tentang keadaan bayi, yaitu lingkar kepalanya yang sekarang berukuran 8,3 cm. Perkembangannya masih konsisten di garis 5% di bawah rata-rata menurut grafik yang saya dapatkan dari Internet. Kemungkinan bukan bayi yang besar, seperti anak pertama yang juga lahir dengan ukuran yang lebih kecil dibanding teman-teman seangkatannya di rumah sakit waktu itu.
Apa sebenarnya yang bisa dipastikan dari keadaan bayi di dalam rahim? Hasil USG hanya memperlihatkan kualitas-kualitas fisiknya, sementara pertumbuhan yang dialami bayi mencakup juga sisi yang tak terukur secara fisik, seperti ruhnya, watak dan kepribadian bawaannya yang tiba-tiba muncul begitu saja ketika mereka mulai tumbuh di luar rahim. Masalah alergi, misalnya, tidak ada yang bisa memastikan apakah bayi yang akan lahir itu punya masalah alergi setelah lahir. Jadi, wajar saja jika ada ribuan pikiran yang tidak bisa ditenangkan soal janin. Menanti kelahirannya adalah salah satu bentuk penerimaan pasif, penyerahan diri pada yang Mahakuasa, Maha Pencipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar