Rasyad mulai sadar tentang lingkungan sekitarnya. Tidak lagi seperti pekan-pekan awal kelahirannya, ketika dia seolah-olah tidak bisa menginderai apa-apa, bahkan mungkin tidak tahu tentang keberadaan dirinya sendiri. Dia hanya bisa merasakan kebutuhan dasarnya, seperti rasa ngantuk, lapar, dan rasa tidak nyaman. Matanya melihat, tapi tidak menatap. Tangannya menyentuh sesuatu tapi tidak bisa menggenggam.

Sekarang dia mulai menatap wajah kita, meski masih belum bisa membalas senyuman. Dia paling tertarik melihat mata dan gerak bibir kita ketika bicara. Barangkali seperti kamera yang mulai tajam fokusnya, kini semua objek berjarak dekat terlihat jelas dalam pandangannya. Atau lebih tepatnya lagi, seperti seorang yang baru bangun dari tidur nyenyaknya, karena yang terjaga sepertinya bukan hanya pandangan matanya, tetapi juga seluruh indera dan daya pencerapannya, bahkan jiwanya. Kini dia sudah melangkah keluar dari alam mimpi ke alam nyata, matanya bukan lagi menatap malaikat-malaikat.

Matanya membuka lebih lebar ketika sebuah benda berwarna cerah digerak-gerakkan di depan wajahnya, dia ingin mengamati baik-baik benda itu dengan tatapan seperti kucing yang akan menerkam tikus. Di samping tempat tidurnya kini saya gantungkan sebuah poster panjang dengan gambar-gambar berwarna kontras. Dia suka melihat gambar-gambar itu. Dia juga mulai bisa menggerakkan kepala ke arah sumber bunyi, tapi belum bisa menggerakkan tangannya dengan sengaja untuk mengambil benda yang mengeluarkan bunyi itu--itu kemampuan di tahap berikutnya.

Tidak ada komentar: