Saya ternyata tidak boleh terlalu gembira dengan antusiasme Rasyad untuk menerima makanan padat. Setelah hari ketiga saya mencobanya, Rasyad tidak buang air besar sampai empat hari. Ini baru pertama kali terjadi sejak dia lahir. Saya sempat cemas, tidak tahu apa yang harus dilakukan kecuali menunggu. Saya beri dia minum jus apel, yang bisa masuk hanya beberapa tetes dan tidak memberi pengaruh apa-apa. Itu pasti gara-gara kol. Jangan dikasih kol dulu, kata Mas Budi, kol biasanya bikin kembung. Saya malah akhirnya menghentikan dulu pemberian makanan padatnya sampai dia berhasil mengeluarkan kotoran dengan volume extra-large. Saya pun lega. Kol lantas dicabut dari daftar makanannya.
Saya juga ternyata harus belajar mengekang antusiasme saya. Suatu kali saya membuat makanan yang masih terlalu kasar buat dia. Bosan juga menunggu wortel sampai sangat lunak. Setengah lunak, terus saya gerus dan disaring, dicampur sedikit tepung jagung. Waktu diberi ke Rasyad, suapan kedua membuat dia marah. Itu tanda saya mesti berhenti memberinya. Saya cicipi sedikit, rupanya si wortelnya masih kurang halus. Dia kesulitan menelannya. Besoknya ketika saya suapi makanan lain, dia menolak, marah, menangis, sepertinya tidak suka lagi dengan urusan menelan makanan ini. Begitu juga dua hari selanjutnya.
Wah, bisa-bisa dia punya kesan yang tidak baik tentang makanan. Saya harus membuat dia lupa dulu dengan urusan ini. Seminggu saya libur memberinya makanan dan baru mulai lagi dua hari yang lalu dengan membuatkan makanan yang sangat cair dan lembut. Dia makan dengan tenang dan cukup banyak. Alhamdulillah. Lagi pula dia sudah makin mendekati usia lima bulan, sudah lebih siap untuk menerima makanan padat. Saya juga mendapatkan bahwa dia lebih suka makanan yang dibuat sendiri daripada yang instan. Produk pabrikan itu agak terlalu asin, memang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar