Melihat lagi semua kekhawatiran yang pernah hinggap dalam pikiran dan meresahkan hati selama hamil, saya jadi keheranan, betapa sangat tidak beralasan dan sangat berlebihan semua kekhawatiran itu. Saya pernah khawatir bahwa janin yang tumbuh ini tidak punya tangan dan kaki, setelah melihat hasil USG pertama di pekan ke sepuluh. Saya pernah cemas dia akan tumbuh menjadi bayi mongoloid karena saya minum suplemen vitamin tanpa berkonsultasi pada dokter. Saya pernah juga takut kalau dia tidak bertumbuh di dalam. Bahkan sampai pekan-pekan terakhir, setiap kali habis dipeirksa dan mendapat informasi tentang pertumbuhannya, saya segera mencari data pembanding di Internet untuk angka-angka ukuran yang diberitahu dokter. Terlalu banyak kecemasan selama masa hamil itu. Itulah salah satu alasan saya untuk mencukupkan pengalaman ini hingga dua kali saja.
Tapi segala kecemasan itu sungguh tidak perlu. Tidak satu pun yang terbukti kebenarannya. Rasyad lahir sebagai bayi yang sehat, normal, anggota badannya lengkap, matanya bisa melihat, telinganya bisa mendengar, jantungnya berdetak, dan tangisannya bisa meledak keras. Bahkan kecemasan saya soal siapa yang akan menjagai Hanifa pada saat saya melahirkan dan Mas Budi menemani saya di ruang bersalin, juga terbukti tidak perlu. Hanifa bisa ikut masuk ke ruang persiapan kelahiran dan dia bersikap sangat baik, mau menunggu dan tenang sepanjang malam itu.
Melewatkan masa hamil dengan penuh kecemasan itu hanya membuat gelisah yang makin memberatkan pikiran dan perasaan sendiri. Tapi teman-teman saya juga mengalami hal yang sama. Mereka juga punya kecemasan, ada yang tersembunyi, ada pula yang ditampakkan. Barangkali kecemasan memang teman akrab para ibu di masa-masa hamil. Sudah satu paket dengan keadaan itu. Barangkali fungsi kecemasan itu adalah untuk menjaga diri para ibu itu agar mereka menjauhi hal-hal ekstrem yang bisa membahayakan janin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar