Rasyad mulai bisa "menangis dramatis". Maksudnya, dia bisa menyetel suara tangisnya seolah-olah sesuatu yang begitu menyedihkan sedang terjadi padanya. Tujuannya agar kita buru-buru mendatanginya, menenangkan dan menggendongnya. Manipulatif, ya.
Kalau dia tersentak dari tidurnya dan dia tidak melihat siapa-siapa di dekatnya, dia spontan menangis. Setelah beberapa saat tak ada yang datang, kadang-kadang dia jadi diam sendiri, asyik memperhatikan ruangan, mendekati mainan yang ada di sekitarnya. Tapi begitu kita datang, dia langsung menangis lagi dengan nada yang dramatis itu, nadanya terdengar beda dengan tangisan spontannya yang pertama tadi. Begitu juga kalau dia lagi punya persoalan: mainannya direbut Hanifa atau tergeletak tanpa sengaja dari posisi menelungkup.
Ini sekadar menunjukkan kalau dia sudah mengerti sedikit hukum sebab-akibat dalam dunia kecilnya. "Kalau aku melakukan ini, maka orang di sekitarku akan merespons begini," logika seperti itu sudah tertangkap dalam benaknya. Bukan sebab-akibat untuk hal-hal fisikal saja--"kalau aku menggoyangkan mainan ini, akan terdengar bunyi gemerincing"--tapi juga non-fisik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar