Ini betul-betul bikin saya khawatir tentang kondisi di janin. Tiga jam sebelumnya saya merasakan gerakannya sangat tidak teratur, terlalu banyak dan kacau, mendesak-desak ke bawah, membuat saya merasa seperti sedang mengalami awal kontraksi menjelang melahirkan. Saya merasa sangat kekenyangan, tapi ada rasa yang mengganjal di dada. Saya tidur dalam keadaan lelah dan sedikit sakit perut.
Pada saat morning sick tiga bulan pertama dulu tidak pernah saya mengalami muntah yang demikian hebat. Perut saya seperti berontak dengan makanan yang masuk. Saya sungguh khawatir kalau-kalau ada zat makanan yang tidak baik sempat terserap ke dalam rahim. Apa gerangan pengaruhnya pada pertumbuhan dia di pekan ke-35 ini? Semoga Allah melindungi dia dari segala keburukan lantaran keteledoran saya.
Membaca artikel di bawah ini, saya bisa menyimpulkan bahwa keadaan saya tidak seburuk itu, bukan jenis keracunan makanan parah, yang membuat saya sampai harus dirawat di rumah sakit dan mengakibatkan pengaruh jelek pada janin. Setidaknya ini bisa menenangkan hati saya.
Ini dari situs Discovery Channel
Pregnancy and Food Poisoning Compiled by Karin A. Bilich
Food poisoning can be particularly harmful when contracted during pregnancy.
Pregnant women may have relatively mild symptoms (fever and aches) and make a quick recovery, or they may transfer the infection to their unborn child, who may then be stillborn or born very ill. In order to protect the fetus, pregnant women should take special care to avoid foods that may be contaminated.
Food poisoning often starts as a flulike illness with fever and chills, and may be accompanied by nausea or diarrhea, abdominal cramps, or dehydration. Severe cases can include an unusually painful headache and stiff neck. Contact your doctor if you develop any of these symptoms. If a pregnant woman is diagnosed and treated promptly with antibiotics, miscarriage and stillbirth can often be prevented.
Follow these guidelines to prevent food poisoning:
- Don't buy any food past its "sell by" date or with damaged packaging.
- Avoid unpasteurized milk and foods made from it.
- Keep meat and dairy refrigerated at or below 40 degrees.
- Make sure your hands are clean before handling food.
- Wash raw vegetables.
- Marinate and thaw food in the fridge, not on the counter.
- Don't serve raw eggs or foods that contain them. If you must make Caesar salad dressing, mayonnaise, eggnog, or hollandaise sauce, use pasteurized eggs or an egg substitute in place of fresh eggs.
- Cook meats and seafood thoroughly. Make sure the cooked meat is gray or brown throughout (not pink), juices run clear, and the inside is hot.
- Make sure food is served as soon as possible after preparation.
- Cook leftover or ready-to-eat foods (such as hot dogs) until steaming hot. Hot dogs should be cooked to an internal temperature of 165 degrees. Refrigeration doesn't prevent the bacteria from multiplying.
- Although the risk associated with deli foods is low, pregnant women should avoid deli meats.
Additional reporting by Richard Schwarz, MD
Kandungan ini mulai terasa lebih berat. Saya kesulitan tidur, mendapatkan posisi yang nyaman atau mengubah posisi berbaring terasa berat dan nyeri. Kondisinya terus mengingatkan saya pada kelahiran yang makin menjelang. Saya tidak terlalu tegang soal proses melahirkan, hanya khawatir tentang Hanifa yang tidak boleh ikut masuk ke ruang bersalin. Bagaimana saya bisa melalui proses itu dengan tenang sambil mengetahui bahwa di luar sana Hanifa sedang menangis mengamuk ingin ikut masuk. Kami belum mendapatkan jalan pemecahan yang baik untuk soal ini. Saya menawarkan pada suami supaya saya tidak perlu ditemani dalam proses itu, biar suami saya bisa menunggui di luar bersama Hanifa, tapi dia tidak setuju. Siapa orang yang bisa diajak ke rumah sakit dan menunggui Hanifa di luar ruang bersalin?
Dokter yang memeriksa saya, barangkali karena sudah begitu berpangalaman, mengingat usianya, dengan cepat menggerakkan panel USG, mengubah posisi sorotan, mencermati gambar dan mengambil sebuah kesimpulan tentang keadaan bayi. Saya hanya diberi tahu ini bagian jantung, yang kelihatan berdenyut, ini kepala, atau tulang paru-paru, tangan dan kaki yang tampak dengan jelas. Tapi sering kali kilasan gambar itu hanya berlalu tanpa saya diberi penjelasan apa-apa mengenainya. Pada sorotan sangat dekat, gambar di layar itu seperti tidak berkoresponsensi sama sekali dengan bagian tubuh mana pun. Dokter itu tidak banyak bicara. Barangkali dia hanya akan mengatakan sesuatu kalau menemukan ketidaknormalan. Tentunya dia merasa semua informasi yang dia dapat biasa-biasa saja. Setiap hari dia menemukan keadaan yang relatif sama. Tidak ada kabar baru. Tapi tidak demikian buat ibu hamil, yang dalam kepalanya setiap saat muncul kecemasan dibarengi pertanyaan apakah bayinya baik-baik saja di dalam sana.
Pada minggu ke-34 ini, saya hanya mendapat satu informasi tentang keadaan bayi, yaitu lingkar kepalanya yang sekarang berukuran 8,3 cm. Perkembangannya masih konsisten di garis 5% di bawah rata-rata menurut grafik yang saya dapatkan dari Internet. Kemungkinan bukan bayi yang besar, seperti anak pertama yang juga lahir dengan ukuran yang lebih kecil dibanding teman-teman seangkatannya di rumah sakit waktu itu.
Apa sebenarnya yang bisa dipastikan dari keadaan bayi di dalam rahim? Hasil USG hanya memperlihatkan kualitas-kualitas fisiknya, sementara pertumbuhan yang dialami bayi mencakup juga sisi yang tak terukur secara fisik, seperti ruhnya, watak dan kepribadian bawaannya yang tiba-tiba muncul begitu saja ketika mereka mulai tumbuh di luar rahim. Masalah alergi, misalnya, tidak ada yang bisa memastikan apakah bayi yang akan lahir itu punya masalah alergi setelah lahir. Jadi, wajar saja jika ada ribuan pikiran yang tidak bisa ditenangkan soal janin. Menanti kelahirannya adalah salah satu bentuk penerimaan pasif, penyerahan diri pada yang Mahakuasa, Maha Pencipta.
Beberapa kali belakangan ini saya merasa sangat ingin membersihkan rumah, terutama daerah dapur dan kamar kecil. Saya membeli pengharum ruangan, meletakkannya di kamar mandi, membeli pembersih toilet dan langsung menggunakannya untuk menggosok bagian yang sudah lama tidak dibersihkan. Saya mengepel, membersihkan kaca dan mengelap setiap permukaan yang kelihatan berdebu. Sungguh, saya tidak merasa dorongan beres-beres rumah ini sebagai sebuah nesting instinct, tapi karena saya ingin mendapatkan pula suasana nyaman dan harum di rumah sendiri.
Tapi barangkali, memang begitulah instink itu bekerja. Tidak disadari dan tidak diakui oleh pelakunya, tapi tetap terjadi dengan gejala-gejala yang sama.
Saya jadi bertanya-tanya ada apa gerangan yang membuat dia kurang aktif hari ini, apakah karena postur saya yang kurang hati-hati ketika menjangkau barang-barang di lantai atau mengangkat barang yang berat kemarin. Atau karena kemarin saya terlalu capek, berdiri lama ketika memasak sore hari? Saya sudah melakukan apa yang disarankan untuk memicu gerakan bayi: minum jus atau susu, kemudian berbaring ke kiri, tunggu dua jam. Sampai pukul setengah delapan pagi ini saya belum mendapatkan tanda yang memuaskan.